Akupun pernah menjadi seperti seorang malaikat dengan topeng yang begitu tebal..
Cerita ini dimulai dari pergaulanku.
Aku bertumbuh menjadi wanita yang cantik (jangan ada yang marah, kan saya cewek jadi ya cantik lah wkwkk). I mean, ya karena saya ada darah chinesse dan sumateranya, jadi tentu wajah saya tidak seperti suku Jawa pada umumnya. Yang belum baca asal usul saya boleh baca ini dulu :D
Ketika masih SD, saya mulai berpacaran. Pacar pertamaku adalah teman sekelasku sendiri. Okelah ini bukan bagian cerita yang harus diceritakan dengan detil. wkwk. Mungkin ini juga semacam pengakuan (papa mama ampuni saya). Saya sering backstreet. Oke, pacaran versi SD jaman saya ga aneh aneh kok, beneran deh, saya cuman suka senyum dan saling memandang dari kejauhan. Ketika kelas 5 SD, aku berganti pacar, dan pacarku adalah kakak kelasku. Karena dia harus lanjut ke SMP. Saat itu belum ada handphone, jadi kami berhubungan hanya lewat surat (OMG masih jaman surat-surattan, actually ini cerita yang lucu dan sedikit stupid menurutku wkwkwk). Surat-surat itu dititipkan oleh teman sekelasku yang adalah tetangganya. Karena kami tidak mungkin berjumpa di luar sekolah atau rumah lantaran backstreet dan keluargaku yang begitu ketat. Surat-surat itu kemudian aku kumpulkan dan aku lekatkan pada sebuah buku tulis. Satu lembar buku tulis, berisi satu surat darinya. Selama kurang lebih beberapa bulan, buku itupun mulai penuh. Aku sembunyikan di tempat yang paling aman. Sampai kemudian dia mulai tidak memberi surat dan tidak ada kabar. Belakangan kemudian aku tahu, dia sudah punya pacar baru (gile, anak SD di selingkuhin whahahhaha). Aku bawa fun saja.
Namun ternyata, kisah ini tidak berakhir begitu saja, buku tulis yang berisi surat-surat darinya ternyata menjadi masalah. Mama menemukannya dan akupun dimarahi habis-habissan. Kemudian buku itupun dibakar dan taraaaaa.. Masalah satu selesai, muncullah masalah-masalah berikutnya.
Aku masuk ke jenjang berikutnya, yaitu SMP. Dan aku masuk ke sebuah sekolah negri di daerahku, dan ya.. Ijinkanlah aku sedikit sombong hehe (ampuni anakMu ini Tuhan). Ya, aku cukup menjadi perhatian di SMP. Disitulah pergaulanku mulai luwarbiasa (luwarbiasa menyebalkannya). Aku mulai bergonta-ganti pacar. Saya tegaskan, aku pacaran tapi sangatlah polos dan tidak melakukan hal-hal yang aneh, sama seperti di SD. Aku hanya memberi senyum dan saling memandang dengannya dari kejauhan, kadang makan bersama di kantin dan pergi ke perpustakaan bersama. Pergi keluar bersama? Duh jangan harap wkwk.
Tidak hanya berhenti disitu, aku tumbuh menjadi seorang anak yang menyebalkan. Aku punya seorang teman yang cukup pintar, sehingga aku selalu menyuruhnya untuk mengerjakkan tugas-tugasku. Ya, aku tidak pernah belajar, tidak pernah kerjakan tugas, dan jago dalam mencontek. Tidak jarang aku berkelahi dengan mereka yang mendekati pacarku (duh), dan berkelahi dengan mereka yang macam-macam denganku (membicaranku dibelakang, memfitanhku, dsb). Sikap itulah yang akhirnya membuat banyak teman tidak menyukaiku dan mereka mulai menjauhiku ketika semester dua di kelas tujuh. Aku tidak punya teman, aku dibenci banyak orang bahkan tidak hanya dikelasku, tapi juga di kelas lain. Ketika aku lewat di depan mereka, mereka berteriak "setan-setan, panas panas". Separah itulah gaes, kalian mulai menganggap aku tidak sebaik dalam cerita-ceritaku sebelumnya bukan? Aku bagaikan seorang malaikat yang bertopeng. Di sekolah aku menjadi seorang anak yang begitu menyebalkan. Tapi ketika dirumah, aku bisa memperlihatkan seorang sosok anak perempuan yang manis dan taat.
Itulah mengapa, jangan hanya membaca satu cerita dalam bloggku, karena cerita-cerita dalam bloggku saling terkait satu dengan yang lain. Aku tidak jatuh dan tenggelam dalam keadaan itu gaes, aku bersyukur saat itu ada Lidia teman kecilku yang sekelas denganku. Kalian bisa membaca kelengkapan perihal Lidia disini. Dia menjadi seperti seorang malaikat bagiku. Dia menemaniku, dia yang mengajakku ke kantin, ke perpustakaan, mengajariku belajar, mengerjakkan tugas, dsb. Saat itulah aku mulai ingin berubah..
Baca selanjutnya di "The Metamorphose of Life-Part 7"