Sabtu, 11 Juni 2016

The Metamorphose of Life-Part 6

Akupun pernah menjadi seperti seorang malaikat dengan topeng yang begitu tebal..
Cerita ini dimulai dari pergaulanku.

Aku bertumbuh menjadi wanita yang cantik (jangan ada yang marah, kan saya cewek jadi ya cantik lah wkwkk). I mean, ya karena saya ada darah chinesse dan sumateranya, jadi tentu wajah saya tidak seperti suku Jawa pada umumnya. Yang belum baca asal usul saya boleh baca ini dulu :D 

Ketika masih SD, saya mulai berpacaran. Pacar pertamaku adalah teman sekelasku sendiri. Okelah ini bukan bagian cerita yang harus diceritakan dengan detil. wkwk. Mungkin ini juga semacam pengakuan (papa mama ampuni saya). Saya sering backstreet. Oke, pacaran versi SD jaman saya ga aneh aneh kok, beneran deh, saya cuman suka senyum dan saling memandang dari kejauhan. Ketika kelas 5 SD, aku berganti pacar, dan pacarku adalah kakak kelasku. Karena dia harus lanjut ke SMP. Saat itu belum ada handphone, jadi kami berhubungan hanya lewat surat (OMG masih jaman surat-surattan, actually ini cerita yang lucu dan sedikit stupid menurutku wkwkwk). Surat-surat itu dititipkan oleh teman sekelasku yang adalah tetangganya. Karena kami tidak mungkin berjumpa di luar sekolah atau rumah lantaran backstreet dan keluargaku yang begitu ketat. Surat-surat itu kemudian aku kumpulkan dan aku lekatkan pada sebuah buku tulis. Satu lembar buku tulis, berisi satu surat darinya. Selama kurang lebih beberapa bulan, buku itupun mulai penuh. Aku sembunyikan di tempat yang paling aman. Sampai kemudian dia mulai tidak memberi surat dan tidak ada kabar. Belakangan kemudian aku tahu, dia sudah punya pacar baru (gile, anak SD di selingkuhin whahahhaha). Aku bawa fun saja.

Namun ternyata, kisah ini tidak berakhir begitu saja, buku tulis yang berisi surat-surat darinya ternyata menjadi masalah. Mama menemukannya dan akupun dimarahi habis-habissan. Kemudian buku itupun dibakar dan taraaaaa.. Masalah satu selesai, muncullah masalah-masalah berikutnya.

Aku masuk ke jenjang berikutnya, yaitu SMP. Dan aku masuk ke sebuah sekolah negri di daerahku, dan ya.. Ijinkanlah aku sedikit sombong hehe (ampuni anakMu ini Tuhan). Ya, aku cukup menjadi perhatian di SMP. Disitulah pergaulanku mulai luwarbiasa (luwarbiasa menyebalkannya). Aku mulai bergonta-ganti pacar. Saya tegaskan, aku pacaran tapi sangatlah polos dan tidak melakukan hal-hal yang aneh, sama seperti di SD. Aku hanya memberi senyum dan saling memandang dengannya dari kejauhan, kadang makan bersama di kantin dan pergi ke perpustakaan bersama. Pergi keluar bersama? Duh jangan harap wkwk. 

Tidak hanya berhenti disitu, aku tumbuh menjadi seorang anak yang menyebalkan. Aku punya seorang teman yang cukup pintar, sehingga aku selalu menyuruhnya untuk mengerjakkan tugas-tugasku. Ya, aku tidak pernah belajar, tidak pernah kerjakan tugas, dan jago dalam mencontek. Tidak jarang aku berkelahi dengan mereka yang mendekati pacarku (duh), dan berkelahi dengan mereka yang macam-macam denganku (membicaranku dibelakang, memfitanhku, dsb). Sikap itulah yang akhirnya membuat banyak teman tidak menyukaiku dan mereka mulai menjauhiku ketika semester dua di kelas tujuh. Aku tidak punya teman, aku dibenci banyak orang bahkan tidak hanya dikelasku, tapi juga di kelas lain. Ketika aku lewat di depan mereka, mereka berteriak "setan-setan, panas panas". Separah itulah gaes, kalian mulai menganggap aku tidak sebaik dalam cerita-ceritaku sebelumnya bukan? Aku bagaikan seorang malaikat yang bertopeng. Di sekolah aku menjadi seorang anak yang begitu menyebalkan. Tapi ketika dirumah, aku bisa memperlihatkan seorang sosok anak perempuan yang manis dan taat.

Itulah mengapa, jangan hanya membaca satu cerita dalam bloggku, karena cerita-cerita dalam bloggku saling terkait satu dengan yang lain. Aku tidak jatuh dan tenggelam dalam keadaan itu gaes, aku bersyukur saat itu ada Lidia teman kecilku yang sekelas denganku. Kalian bisa membaca kelengkapan perihal Lidia disini. Dia menjadi seperti seorang malaikat bagiku. Dia menemaniku, dia yang mengajakku ke kantin, ke perpustakaan, mengajariku belajar, mengerjakkan tugas, dsb. Saat itulah aku mulai ingin berubah..

Baca selanjutnya di "The Metamorphose of Life-Part 7"

What's 'Tambourine'??

Aku tahu kalian yang membaca blogku tidak semua yang seiman denganku, ada banyak pemahaman mengenai tambourine.. Seperti mereka yang muslim misalnya, mereka menggunakan 'tambourine' untuk bermain hadrah, sehingga muncul sebuah karya musik.. Sebenarnya tidak berbeda, di Kristen pun, kami menggunakannya untuk bermain musik.. Karena tambourine sendiri adalah drum tangan bersisi satu. Tambourine umumnya berbentuk bundar, bulan sabit, empat persegi panjang ataupun bentuk lain dengan gerincing di sekelilingnya yang ditutupi dengan selaput pada satu sisi atau keduanya. Memainkannya dengan menggoyang atau memukulnya dalam berbagai cara..

Aku sudah menggeluti jenis musik ini cukup lama, kurang lebih selama 12 tahun. Di gereja, tambourine biasanya dimainkan oleh sekumpulan anak perempuan. Mereka biasanya berada di depan team praise and worship (Song leader, singers, n music team= PW's team), di samping atau berada di tempat tertentu dan bermain bersama dengan PW's team. Mereka biasanya menggunakan kostum bak putri. Mereka menggunakan semacam gaun yang telah di design sedemikian rupa sehingga terlihat begitu mewah dan menarik, dengan berbagai hiasan di rambutnya, sepatu ballet dan tentu dengan memegang satu tambourine di tangan kanannya.

Tambourine terus berkembang, yang dulunya menggunakan gaun dan terlihat begitu resmi, belakangan ini mulai dipadukan dengan kostum yang biasa digunakan oleh modern dancer namun tetap menyesuaikan aturan gereja.

Tambourine dalam gereja selalu dianggap seperti sekumpulan pemandu sorak, mereka hanya berfungsi untuk memeriahkan ibadah saja. Sebenarnya ini adalah sebuah pemahaman yang keliru. Tambourine mempunyai peran dan fungsi yang lebih dari itu dan bahkan lebih dalam lagi. Izinkan saya membahasnya lebih lanjut.
Berikut 7 hal penting yang perlu kita ketahui tentang tambourine (Sumber: Lesson from Margrate)
1. Tambourine sudah ada sejak hari penciptaan (Yeh 28:13)
2. Tambourine adalah sebuah instrumen pujian kepada Tuhan (Mzm 68:26; 81:3; 149:3; 150:4)
3. Tambourine adalah sebuah alat musik yg dimainkan bersama-sama dengan alat musik lainnya dalam menerima pesan Tuhan dalam nubuatan
4. Tambourine adalah suatu alat musik yg sering digunakan bersama dengan tarian, dalam menyatakan sukacita yang dari Allah ( Kel 15:20; Hak 11:34)
5. Tambourine adalah suatu alat musik untuk merayakan kemenangan atas musuh (Kel 15:20)

My Passion-Tambourine Part 2

Seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya usiaku, aku tetap terus menari dan tenggelam dalam pelayanan tambourine. Aku mulai memikirkan bagaimana kostum yang indah, bagaimana gerakan yang indah, dsb. Namun, kurangnya partner dalam gereja yang seusia dan seukuran denganku (tinggi sama coy) membuatku jarang bermain tambourine. Aku hanya bermain dalam event-event tertentu saja (natal, paskah, dsb).

Keinginannku untuk melayani dalam pelayanan tambourine ternyata tidak sepenuhnya gagal. Aku justru sering melayani di balik layar. Melatih adik-adik di gereja untuk regenerasi tim tambourine di gereja. Beberapa kali, aku melatih mereka untuk memberikan persembahan tarian dalam event-event perayaan di gereja. Ketika adik-adik ereja akan tampil, aku membantu mereka dalam segala persiapan (kostum, tambourine, properti, dsb). Aku menikmatinya. Kadang aku juga yang mencuci kostum mereka seusai ibadah. Aku menikmatinya. Aku menyukainya..

Itulah mengapa, ketika aku beranjak dewasa dan aku ingin melanjutkan studiku di luar kota, salah satu yang membuat aku menangis adalah tambourine. Ya, bagaimana pelayanan tambourine di gerejaku? Adik-adik di gereja kadang sangat bergantung padaku. Ketika mereka mau pelayanan saja, mereka selalu bertanya padaku kostum apa yang digunakan, pattern apa yang dipakai, rambut di apakan, dsb. Aku sangat terbeban pada pelayanan tambourine. Namun, ada dua adik tambourine di gereja yang aku percaya untuk menghandle pelayanan tambourine di gereja. Yedida dan Erine namanya..

Ketika aku mulai berkuliah di luar kota, papa selalu mengabariku perihal pelayanan tambourine di gereja, senangnya aku ketika aku tahu justru mereka semakin berkembang. Ada orang-orang baru yang dulunya tidak mau bermain tambourine, sekarang menjadi mau dan terlibat dalam pelayanan tambourine. Bahkan keponakanku, Theo, juga terlibat dalam pelayanan banner/flag digereja.

Dan aku bersyukur ketika praktek pelayanan dua bulan di gerejaku (Bulan desember-februari selalu ada praktek pelayanan yang kampusku adakan), aku bisa menyaksikan persembahan tarian yang kali ini mereka ciptakan sendiri. Oh God !! Aku menangis dibuatnya, tarian mereka begitu menyentuh dan... aku percaya, Tuhan ada di balik ini semua. Kalian bisa melihat tarian mereka disini . Aku percaya mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Mereka bukan anak-anak yang les menari atau semacamnya. Mereka adalah anak-anak yang rindu melayani, dan Tuhan beri talenta dalam pelayanan ini.

Kalian juga harus tahu, aku lahir dan dibesarkan bukan di sebuah kota besar. Rumahku dan gerejaku ada di sebuah desa. Kalian tidak akan menyangka jika pelayanan tambourine di gerejaku bisa semaju itu, melihat dengan segala keterbatasan kami.

Yang aku ingin sampaikan disini adalah, pertama, pelayanan tidak harus selalu berbicara tentang penampilan. Tapi, ada di belakang layar, itu juga adalah pelayanan. Kedua, jangan anggap diri kita segalanya dalam sebuah pelayanan, serahkan pada Tuhan, Dia akan turun tangan dan memberi hati yang terbeban kepada seseorang untuk pelayanan yang serupa. Ketiga, tidak ada yang bisa membatasi kita untuk melayani Tuhan. Lokasi, materi, atau apapun itu. Where there is a will, there is way (gatau deh quote nya siapa ini.. hehe).

Jadi, dimanapun kalian terbeban dalam sebuah pelayanan, perdalamlah itu, dan lakukanlah dengan "passion". Hasrat, semangat, dan jiwa yang memang ada dalam pelayanan itu. Pelayanan tanpa "passion" adalah seperti bernafas tanpa "udara". Tidak ada gunanya, sama saja kita membuang waktu dan tenaga.

Doing it with the passion <3

My Passion-Tambourine Part 1

Sebagai seorang anak yang dilahirkan dibesarkan oleh keluarga hamba Tuha, kata 'pelayanan' sangatlah tidak asing bagiku Tidak jarang papa dan mamaku mengajakku pergi untuk pelayanan. Visitasi kepada jemaat yang sakit lalu mendoakan mereka, atau visitasi kepada jemaat yang beberapa kali tidak hadir dalam ibadah minggu. Kadang aku berpikir, untuk apa papa dan mama melakukan itu, apa karena mereka takut kehilangan jemaat? atau apa? Belakangan aku mulai mengetahui bahwa memang itulah passion papa dan mama. Mereka adalah sepasang suami istri yang benar-benar berhati gembala yang Tuhan percayakan unttuk menggembalakan dua gereja dalam lokasi yang berbeda. Mereka bukan hanya takut kehilangan jemaat, namun lebih dari itu, mereka berdua memegang sebuah tanggung jawab untuk memelihara satu persatu domba yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Satu domba yang hilang sangatlah berarti bagi Tuhan, masih ingat? Demi mencari satu domba yang hilang Tuhan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan. Jadi, tidaklah heran, papa dan mama benar-benar menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Apakah papa dan mama selalu disambut dengan baik? Ya, tidak selalu, ada saat-saat dimana mereka merasa papa mencampuri urusan mereka, dsb. Namun, papa dan mama tetap melakukannya dengan rendah hati dan terus meminta hikmat kepada Tuhan. Papa memang tidak pernah memaksaku untuk ikut, papa tidak pernah memaksaku untuk terlibat dalam pelayanan, namun keseharian yang papa dan mama lakukan, adalah seperti guru yang secara tidak langsung mengajariku. Papa dan mama menanamkan hati yang rindu melayani ke dalam diriku lewat apa yang mereka lakukan dan mereka katakan. Papa dan mama sering berkata padaku, "tidak ada yang lebih indah selain melayani Tuhan".

Kerinduan itupun mulai muncul dan mulai dibuktikan dengan kesibukanku di gereja. Ketika kurang lebih berumur 5 tahun, aku melihat kakak-kakak menari dengan indahnya dengan menggunakan sebuah rebana ketika ibadah sedang berlangsung. Saat itu yang ada dipikiranku, mereka adalah seperti seorang malaikat yang menari. Saat itu aku hanya berkata dalam hati "kalo aku besar, aku akan seperti mereka". Seusai ibadah, atau ketika ada waktu bermain di gereja, aku selalu mengambil dan memainkan tambourine yang ukurannya lebih besar dari tanganku yang kecil ini. Lalu, aku menari dengan mengayunkan tangan saya (sebenarnya itu sangatlah berat bagiku), dan kemudian aku melangkah kesana dan kemari.

Mama sepertinya melihat talentaku, disitulah kemudian ketika kelas 3 SD, mama meminta tolong salah seorang kakak dari pemain tambourine gereja untuk melatihku. Hanya dalam beberapa waktu, kakak tersebut berkata bahwa aku sudah bisa tampil di gereja. Satu minggu sebelum aku tampil, mama berkata kepada papa bahwa aku akan pelayanan tambourine. Papa dengan keras menentang, beliau berkata “mana mungkin,” ia seolah meragukan kemampuanku. Aku sempat ciut saat itu, dan aku sudah berpikir mungkin aku akan bermain tambourine beberapa tahun lagi. Tetapi, mama mampu melihat kemampuan saya, mama tetap menyuruhku siap untuk pelayanan tambourine, tanpa sepengetahuan papa dengan pesan “buktikan kamu bisa sayang..”.

Ketika hari minggu, papa terkejut melihatku maju dengan menggunakan kostum tambourine bersama dengan beberapa kakak pemain tambourine lainnya. Disitu akupun mulai bangga, dan sejak itulah pengalaman demi pengalaman dalam pelayanan tambourine aku dapatkan.

I love dancing very much..

Jumat, 03 Juni 2016

Ceritaku dengannya..

Sebenarnya aku bingung mau mulai dari mana.. Aku menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria.. Sudah lebih dr 1,5 tahun kami bersama.. Banyak hal yg kami lewati.. Kami sudah saling mengenal ckup lama, walaupun hanya tahu nama masing-masing saja.. Orang tua kami adalah teman sekampus.. Banyak yg mengira kami dijodohkan.. Tp absolutely itu tidak benar, kami saling memulai, mengasihi, n menjalin hubungan tnp ad unsur paksaan.. Hehe..

Aku akan cerita lbh lanjut ttg kami.. Bagaimana asal mula kami dekat dan bagaimana proses demi proses kami jalani..
Aku akan tunggu waktu yg tepat untuk menulisnya, krn ceritanya ckup panjang, dan berhubung blog ini juga baru kubuat, ada banyak cerita yg hrus aku kejar..
Tp tenang, aku pasti akan menepati janjiku..

Aku sudah tidak tahan harus menulis dimana..
Barulah aku ingat, hey, aku punya blog!
Lngsung aku menuju ke link yg seharusnya n mulai mengetik..

Seperti pasangan pada umumnya, ada saat dimana masalah menjadi suatu mom
ok yg sangat tidak mengenakkan.. Kamipun mengalaminya..
Masalah demi masalah kami lalui, n kami tetap bersama..

Hari kemarin, kami ada kesalahpahaman lagi.. Aku menganggap masalah adalah saat dimana kami saling mengenal, aku bersyukur akan adanya masalah..
Tp gaes, aku juga manusia normal.. Ingin rasanya masalah itu segera pergi n menjauh dr diri kami..

Kemarin, kami cukup bersitegang.. Tidak ada yg mau mengalah..
Kami sama sama mengucapkan kata maaf, tetapi itu bukan berarti masalah selesai dan berlalu begitu saja..

Kami menganggap itu sudah selesai mungkin, tp yaa..
Kalian tau sendiri pasca salah paham selalu tidak enak..
Cuek, berbeda, agak bagimana gt.. Entah bagaimana menjelaskannya..

Rasanya aku ingin berkata a-z.. Tapi aku tahu itu hanya akan menambah masalah..

Kami LDR gaes, aku lupa bilang hal ini.. So, kebayang kan udah LDR, trus komunikasi ga enak..

Nangis mulu bah saya :') *logatbatak
Bukan krn aku kenapa kenapa ya.. Tp, betapa stupidnya aku menyakiti dia.. Disisi lain, aku kecewa, knp banyak hal yg dia katakan dan dia mulai langgar itu.. Aku? Apakah aku lebih baik? Tidak!!
Aku juga pasti bnyk melanggar janji2ku padanya.. Ini membuatku sedih :')
Kasih memberi bukan meminta, kasih mengampuni bukan mengingat kesalahn, dan kasih itu dia bukan aku.. Kita, bukan aku..
Mencintai hingga terluka..
Maafkan aku..

Aku ingin semua kembali seperti semula :')

Senin, 30 Mei 2016

Kasih yang Tegas

Kasih yang tegas
Kasih tidak membiarkan begitu saja.. O kamu boleh ini boleh itu..
Kasih tidak juga melarang.. Tidak, kamu tidak boleh kesana, tidak boleh ketempat itu!
Kasih tidak selalu berarti membenarkan.. Jika salah, ia akan tetap berkata dengan hal-hal yang adalah kebenaran..
Kasih bukan berarti berkata iya, kadang katakanlah juga tidak..
Kasih tidak selalu berbicara memberi, kadang kasih juga mengambil..
Kasih bukan berbicara aku atau kamu, tapi aku dan kamu, aku dan kalian, aku dan mereka..
Kasih itu mendidik pada perubahan demi perubahan, bukan membiarkan dia stagnant pada posisi yang bahkan dia sendiri tidak tahu itu benar atau tidak..
Kasih tidak perhitungan, aku sudah melakukan ini atau aku sudah melakukan itu..
Kasih berkorban, tentu akan ada luka, perih, sakit..
Kasih menopang, bukan menjatuhkan..
Kasih berjalan beriringan, bukan melihat atau menyusul dari belakang..
Kasih tidak hanya berhenti pada sebuah kebahagiaan, tapi kasih juga berbicara tentang kebahagiaan yang kadang bersembunyi dibalik kesedihan..

Kasih?
Banyak hal untuk mendefinisikan kasih..
Kasih adalah sebuah kata yang indah dan penuh arti. Betapa indahnya hingga beribu-ribu katapun aku merasa belum puas untuk menjelaskannya..
Kasih - kebaikan? Ya..
Tapi, jangan lupa.. Kasih juga ada dan bersembunyi dengan rapi dibalik ketegasan yang mungkin mampu menyesakkan hati..

Kasih..
Kasih yang tegas..

The Metamorphose of Life-Part5

Waktu SD, papa mengantarkanku kemudian aku akan ke wartel dan menelepon rumah untuk memberitahu papa bahwa aku sudah pulang dan bisa dijemput. Namun tidak selalu begitu, karena papa tetap menjemputku sesuai dengan jam pulang sekolah yang rutin seperti sekolah-sekolah lainnya (Uang untuk telepon di wartel kadang juga sudah habis untuk njajan). Kadang, jika papa tidak mengangkat atau tidak segera menjemput, aku akan berjalan kaki ke rumahku. Tidak jarang aku di barengin (duh bahasa Indonesianya apa ya?) oleh beberapa guru yang rumahnya searah dengan rumahku. Tidak jarang pula aku di tawari oleh orang-orang yang tak kenal untuk memboncengku *afraid. Papa hampir tidak pernah mengijinkanku pergi bermain dengan teman-teman seperti anak-anak lain-nya. Hari-hariku hanya rumah, sekolah, dan gereja.

Ketika aku berusia 9 tahun aku mengalami sebuah peristiwa yang masih aku ingat hingga saat ini. Waktu itu aku kelas 4 SD,  aku lupa waktu itu ada acara apa, namun yang aku ingat kami semua dipulangkan lebih awal daripada hari-hari biasa. Jam pulang yang tidak seperti biasa itu, membuat aku tidak dijemput tepat pada waktunya oleh papa. Semua bermula ketika temanku menawari aku untuk pergi ke rumahnya.  Aku berpikir hari masih cukup pagi, dan aku juga ingin merasakan yang namanya pergi bermain ke luar rumah sama seperti teman-teman saya lainnya tanpa harus dipersulit oleh papa. Singkat cerita, akupun mengiyakannya, dan aku pergi ke rumah temanku tersebut. Aku asyik bermain dengan temanku, dan aku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Rasa bebas, rasa berhasil keluar dari sangkar atau apapun itu, yang jelas itu mengasyikkan.  Tidak terasa hari mulai siang, aku berpikir untuk kembali ke sebuah tempat dekat SD-ku dimana papa biasa menjemput. Tetapi, tempat itu cukup jauh dari rumah temanku, dan aku tidak mungkin menyuruh keluarga temanku untuk mengantarkanku. Keluarga temanku menawarkan untuk mengantarku, tetapi karena gengsi, aku berkata bahwa papaku akan menjemputku. Hari mulai semakin siang, dan tidak ada tanda-tanda jemputan dari papa. Aku-pun memutuskan untuk pamit dan berkata bahwa jemputan papa agak jauh dari rumah temanku tersebut. Ketika aku mulai berjalan, cukup jauh dari rumah temanku, tiba-tiba ada suara motor yang tidak asing lagi ditelingaku dan berhenti tepat di sampingku, itu adalah motor papaku. Entah papa tau dari mana dan baru pergi dari mana, yang aku tahu papa terlihat begitu marah. Ia menyuruhku segera naik dan kami pun langsung pulang. Sepanjang perjalanan papa tidak berkata sepatah kata pun, aku mulai ketakutan dan menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti di rumah. Benar dugaanku, ketika kami sampai di rumah, papa langsung menurunkan aku dan entah dia mencari apa. Aku masuk ke kamar, seusai aku berganti pakaian, papa masuk dengan membawa sebuah pemukul kasur dari rotan. Tidak lama kemudian, papa memukul pantatku dengan pemukul tersebut. Dengan marah papa bertanya aku darimana, dengan memukul ia berkata bahwa ia mencariku kemana saja, dengan berteriak ia berkata bahwa ia begitu khawatir, begitu seterusnya. Disela-sela kemarahan serta pukulannya ia menumpahkan segala kemarahan dan kekhawatirannya selama kepergianku yang tanpa izin tersebut. Aku-pun hanya bisa menangis dan berteriak, aku minta maaf. Mama hanya bisa memeluk-ku, ia tidak menahan pukulan papa, yang aku ingat ia hanya berkata “sudah pa.. sudah”, akan tetapi papah tetap saja meneruskan pukulannya. Sampai papa merasa itu cukup, ia menghentikannya, dan kemudian pergi dari kamarku. Mama langsung memeluku dan mengompres pantat saya. Dengan lembut mama menjelaskan mengapa papa begitu, mama menjelaskan dimana letak kesalahanku, mama juga tetap mengingatkan kepadaku demikian, “Papa begitu karena papa cinta kamu sayang..”.
           
Cerita ini tidak sedang mendeskripsikan sebuah kekerasan dari orang tua. Tidak, jika kaliann berpikir demikian, kalian salah besar. Sebaliknya, aku sedang menceritakan sebuah kasih dari orang tua yang begitu besar. Hanya saja, orang tua-ku kurang memahami bahwa seorang anak juga perlu kehidupan sosial di luar selain rumah, sekolah, dan gereja. Seorang anak juga perlu bercanda gurau dengan anak-anak lainnya dalam sebuah tempat dan atmosfer yang berbeda-beda. (Kalian bisa membaca Psikologi Perkembangan Pada Masa Kanak-Kanak milik Santrock).

Kalian yang mungkin lebih sering mengalami hal semacam ini, tenang. Kalian tidak sendiri, pasti banyak anak-anak diluar sana yang juga merasakan kesamaan. Aku contohnya, sekalipun aku tidak lagi merasakannya setelah beberapa tahun kemudian. Apapun itu, papamu sebenarnya begitu mengasihimu, hanya tidak semua papa/ayah tahu bagaimana cara mengungkapkannya dengan anak-anaknya. Bahkan terkadang terkesan berlebihan. Tapi sekarang ini sebenarnya aku semakin banyak merenung, jika papa membiarkanku pergi kesana kemari sesuka hati bisa-bisa aku jadi wanita yang suka melanglang buana. Ya, aku tumbuh menjadi pribadi yang tidak terlalu suka pergi kesana kemari. Ketika aku keluar, aku selalu ingin segera pulang. Yang dipikiranku hanya rumah rumah kasur kasur tidur wkwkkw :D Kejadian ini mendidik aku jadi pribadi yang menghargai orang lain. Peristiwa ini juga menyadarkanku betapa kedua orang tuaku mengasihiku dengan kasih yang tegas (tentang kasih yg tegas).